Breaking News
Loading...
Rabu, 11 Januari 2017

Info Post

Perkembangan industri teknologi elektronik yang sangat cepat menawarkan berbagai macam pilihan produk. Situasi ini mendorong perkembangan industri elektronik di Indonesia menjadi sangat cepat. Percepatan pertumbuhan tersebut dikombinasi dengan produk yang cepat usang karena produk generasi yang lebih baru sudah muncul lagi. Sehingga barang-barang elektronik yang sudah tidak terpakai akhirnya menjadi sampah yang sering disebut sebagai Electronic Waste (E Waste) dan mengalami peningkatan yang sangat cepat.

Menurut Osibanjo et al, (2006), pada kenyataannya barang-barang elektronik biasanya tidak digunakan lagi meskipun masih dapat beroperasi untuk kemudian digantikan dengan yang baru karena konsumen menginginkan fitur-fitur baru atau yang lama tidak memadai untuk layanan terbaru dari operator, atau hanya karena ingin berganti saja. Sehingga barang-barang elektronik yang sudah tidak terpakai ini akhirnya menjadi sampah yang sering disebut sebagai Electronic Waste (E Waste) dan mengalami peningkatan yang sangat cepat. Dalam (Sutarto E,2008), E Waste memiliki karakteristik yang berbeda dengan sampah-sampah lain. Hal ini disebabkan definisi terhadap E Waste sangat bergantung dari perspektif tiap orang.

Kondisi E-waste didunia dengan diukur per kapita penduduknya, maka Norwegia memuncaki dengan 28,4 kg per kepala. Lalu diikuti Swiss (26,3 kg), Islandia (26,1 kg), Denmark (24 kg), Inggris (23,5 kg), Belanda (23,4 kg), Swedia (22,3 kg), Perancis (22,2 kg), dan berat yang hampir sama dengan Amerika Serikat dan Austria (22,1 kg).


Lalu, bagaimana di Indonesia ? Pada tahun 2014, dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta orang, Indonesia membuang e-wastesekitar 3,0 kg per kepala. Dengan jumlah total tahun lalu mencapai 745 kilo ton. Termasuk sedikit dibandingkan negara tetangga terdekat Malaysia yang membuang 7,6 kg e-waste per kepala. Namun dengan total e-waste lebih sedikit, yaitu 232 kilo ton. Di Asia Tenggara sendiri, negara tertinggi pembuang e-waste adalah Singapura. Dengan per kepala membuang 19,6 kg e-waste. Sedang Kamboja membuang e-waste paling sedikit di antara negara ASEAN, yaitu hanya 1,0 kg per kepala.



Meskipun E waste muncul sebagai isu global, namun sampai saat ini bukan istilah yang umum bagi kebanyakan orang di Indonesia. Belum ada definisi yang spesifik untuk E waste dalam peraturan-peraturan yang ada di Indonesia, meskipun di negara maju (Directive Uni Eropa) sudah jelas menyebutkan bahwa E waste termasuk peraturan limbah berbahaya. Dimana dalam peraturan tersebut E waste dapat diartikan sebagai barang-barang elektronik dan peralatan elektrik yang sudah tidak dipakai dan atau sudah tidak diinginkan karena sudah menjadi barang yang usang dan perlu dibuang, baik dalam bentuk keseluruhan atau sebagai bagian. Dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya di Asia Tenggara, kesadaran akan permasalahan E waste di Indonesia relatif masih tertinggal. Hal ini disebabkan masih minimnya informasi mengenai E waste kepada publik dan pemahaman yang berbeda antar institusi mengenai E waste dan tata cara pengelolaannya ditingkat pemerintahan. Selain itu belum tersedianya data yang akurat untuk jumlah penggunaan barang-barang elektronik di Indonesia dan belum adanya ketentuan teknis lainnya tentang umur barang yang dapat diolah kembali. Jika E waste dianggap sebagai limbah yang berbahaya, maka seharusnya berakhir di TPA juga sehingga aman untuk limbah berbahaya. Penelitian yang dilakukan oleh Damanhuri dan Sukandar (2006), E Waste tidak ditemukan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. E waste yang ditemuka biasanya hanya bagian dari komponen elektronik atau seperpat saja atau komponen suku cadang yang biasanya dikirim ke pabrik perakitan lagi. Hal ini menunjukkan bahwa ada sisitim yang tidak resmi yang menyerap sebagian besar E waste di Indonesia, yaitu adanya temuan aliran material barang-barang elektronik bekas (secondhand) dan aliran limbah elektronik (E waste).

Referensi :

Damanhuri, E. dan Sukandar,. Preliminary Identification of E-Waste Flowin Indonesia And its Hazard Characteristic, Proceedings of Third NIES Workshop on E Waste, Japan:2006

Osibanjo, Oladele dan Nnorom, Innocent Chidi. 2006., Material Flows of Mobile Phones and Accessories in Nigeria: Environmental Implications and Sound End-of-Life Management Options. Environmental Impact Assessment Review vol. 28, p. 198-213.

Sukandar dan Widyarsana,IMW.,(2009): Recycling of E waste in Indonesia by Informal Sector: Case Study og Gold Recovery from E waste Component, Proceeding The Sixth NIES Workshop on E waste, Hokkaido-Japan,pp.151- 160

Sutarto E,.(2008).,Identifikasi Pola Aliran E-Waste Komputer Dan Komponennya Di Bandung, ITB Bandung

0 komentar:

Posting Komentar